Dahulu kala, di sebuah negara, terdapat seorang raja yang baik hati. Di negara tersebut terdapat sebuah desa yang agak terpencil, di sana tinggal 5 bersaudara yang sudah tidak mempunyai papa dan mama, mereka sudah yatim piatu. Setiap musim dingin, mereka akan tidur sambil berpelukan untuk menghangatkan badan.
Setelah Raja mengetahui mereka berlima sudah yatim piatu, raja bermaksud mengangkat mereka menjadi anak-anaknya. Dia mengumumkan, bahwa dia akan segera datang ke desa untuk melihat mereka dan akan segera menjadi bapak angkat mereka. Ketika kelima bersaudara ini mengetahui kabar ini, mereka sangat gembira sekali.
Penduduk desa setelah mengetahui hal tersebut juga sangat bersemangat dan beramai-ramai datang ke rumah kelima bersaudara ini menasehati mereka, "Di antara kalian berlima yang bisa menyediakan kado paling istimewa kepada raja tentu akan menjadi kesayangan raja." Mereka semua tidak mengetahui sifat raja yang sebenarnya, mereka hanya menaksir, biasanya seorang raja tentu bersifat siapa yang dapat mengambil hatinya dia yang akan menjadi kesayangan. Setelah mendengar nasehat penduduk desa, kelima bersaudara ini dengan giat segera mempersiapkan kado untuk raja, untuk mengambil hati raja.
Salah satu di antara kelima bersaudara ini mempunyai keahlian memahat kayu, dan dia bermaksud mengukir sebuah benda yang istimewa untuk raja, dengan pisaunya dia sibuk mengukir di sebuah kayu, karena dia ahli sekali dengan seni ukir maka setiap barang yang diukir kelihatan seperti benda hidup.
Kakaknya bermaksud melukis sebuah lukisan surga, supaya raja dapat mengantungkan lukisannya di istana raja, kakaknya yang lain sangat pintar menyanyi dan bermain alat musik, dia akan menghadiahkan sebuah lagu yang merdu kepada raja, setiap hari dia berlatih menyanyi, sehingga penduduk desa yang lewat akan berhenti di depan jendela rumah mendengarkan suara nyanyiannya yang merdu.
Seorang abangnya menginginkan raja mengetahui kepintarannya, sehingga setiap malam dia belajar sampai tengah malam, matematika, ilmu alam, ilmu pasti semua dipelajarinya, dia sangat pintar dan ingin raja mengagumi kepintarannya.
Tetapi si bungsu di antara kelima bersaudara ini tidak mengetahui akan menghadiahkan kado apa kepada raja? Gerakannya agak lamban sehingga tidak cocok untuk mengukir, tangannya sangat kaku sehingga tidak bisa melukis, suaranya yang tidak merdu membuatnya tidak bisa menyanyi dan otaknya tidak begitu pintar seperti kakak-kakaknya.
Dia hanya seorang gadis kecil yang menjaga kuda, biasanya dia akan berdiri di depan jalan yang masuk ke desa mereka, dan melihat keramaian orang yang lewat, setiap ada kesempatan dia akan membantu penunggang kuda yang lewat untuk memberi makan, minum kuda, dan menyikat bulu kuda, mereka akan memberikannya sedikit uang dan dengan uang ini dia akan memberi makanan untuk abang dan kakak-kakaknya.
Gadis kecil ini menganggap dirinya tidak ada yang istimewa yang dapat diberikan kepada raja. Tetapi sebenarnya dia mempunyai sebuah hal yang istimewa yang dia sendiri tidak tahu, hatinya sangat baik, dia akan menyapa setiap pengemis dengan namanya. Dia akan memberi makan kepada anjing dan kucing jalanan yang kelaparan. Dia akan dengan ramah menyapa setiap orang yang berkunjung ke desa mereka dan memberi bantuan kepada mereka, dan bertanya kepada mereka, "Apakah kalian capek dalam perjalanan ini? Dapatkah kalian memberitahukan kepada saya apa yang kalian pelajari di perjalanan ini? Apakah engkau menyukai pekerjaan anda yang baru?" Dengan ramah dan sabar dia akan mengobrol dan mendengar keluh kesah orang yang lewat.
Karena hatinya yang lapang, dan perhatiannya yang besar kepada orang lain, ia ingin mengetahui keadaan orang lain, dia selalu bertanya, tidak pandang bulu kepada siapa saja, terhadap seorang pengemis maupun seorang saudagar kaya yang lewat dia akan selalu menyapa mereka dengan ramah. Gadis kecil ini masih menganggap dirinya bukan apapun, karena itu dia khawatir raja tidak akan menyukainya. Dia ingat nasehat dari penduduk desa maka dia harus memberikan sebuah kado yang istimewa untuk raja.
Dia mengambil sebuah pisau kecil, datang ke samping abangnya yang pintar mengukir dan berkata, "Abang, dapatkah engkau mengajar saya mengukir?" Abangnya yang sedang sibuk tidak melihat ke arahnya menjawab, "Maaf, saya sibuk sekali, engkau tahukan raja akan segera datang." Gadis kecil ini lalu meletakkan pisau kecilnya dan mengambil sebuah kuas untuk melukis.
Dia lalu datang ke tempat kakaknya di lembah gunung sedang melukis matahari terbenam. "Lukisanmu sungguh cantik kakak !" gadis kecil yang baik hati ini berkata dengan lembut. "Saya tahu." jawab kakaknya. "Dapatkah engkau mengajar saya melukis?" gadis kecil ini bertanya. "Sekarang tidak bisa", jawab kakaknya tanpa memalingkan kepala kepadanya, "Engkau tahukan raja akan segera datang."
Gadis kecil ini teringat kepada kakaknya yang pintar menyanyi. "Kakak yang ini tentu akan membantu saya", dalam hati dia berkata. Dia datang ke tempat kakaknya dan melihat banyak orang yang mengelilingi mendengar kakaknya bernyanyi. "Kakak ! Kakak ! saya datang mendengar engkau bernyanyi, bisakah engkau mengajar saya bernyanyi !" teriak gadis kecil ini. Tetapi kakaknya tidak mendengar suara teriakannya karena orang ramai sedang bertepuk tangan dengan meriah.
Maka dengan sedih gadis kecil ini menundukkan kepala meninggalkan tempat ini. Saat ini dia teringat dia masih mempunyai seorang abang yang pintar dan rajin belajar. Lalu dia mengambil sebuah buku dan lari ke tempat abangnya. Gadis kecil ini berkata kepada abangnya, "Saya tidak ada kado untuk diberikan kepada raja, dapatkah engkau mengajar saya membaca, supaya raja dapat melihat kepintaran saya membaca." Abangnya yang kutu buku tidak menjawab, dia sedang asyik merenung. Lalu gadis ini berkata lagi, "Abang, dapatkah engkau membantu saya?, saya apapun tidak..." "Pergi dari sini !" teriak abangnya memutuskan percakapan adiknya. "Engkau tahukan raja akan segera datang."
Dengan sedih gadis kecil ini meninggalkan abangnya. Tidak ada kado istimewa yang bisa dia sediakan untuk raja, lalu dia pergi ke gerbang masuk ke desa melanjutkan pekerjaan biasa yaitu memberi makan kepada hewan dan duduk di sana menunggu orang lewat.
Beberapa hari kemudian, seorang bapak datang ke desa mereka. "Dapatkah engkau memberi makan kepada keledai saya ?", tanya bapak ini kepada gadis kecil. Mendengar suaranya lembut, gadis kecil ini langsung berdiri, dan memperhatikan wajah bapak ini. Di bawah cahaya matahari, wajahnya yang berwarna tembaga yang disinari matahari kelihatan bercahaya, matanya kelihatan lembut dan dengan suara ramah membuat gadis kecil ini merasa akrab dengannya. "Tentu bisa, serahkan kepada saya saja", jawab gadis kecil ini dengan cepat dan menarik keledai ke tempat penampungan air dan memberi dia minum. "Tinggalkan saja dia di sini saya akan memberi dia makan, minum, dan menggosok bulunya sampai kilat."
Gadis kecil ini sambil memberi keledai minum sambil bertanya kepada bapak ini, "Apakah engkau akan menginap di desa ini ?" Ia menjawab "Ya saya akan menginap di sini beberapa hari, saya datang ke desa ini mencari orang." "Bapak datang dari tempat yang jauh, dalam perjalanan tentu capek ya?" "Ia, saya merasa capek." "Jika capek, bapak bisa duduk di bangku sana beristirahat sebentar", kata gadis kecil ini sambil menunjuk ke sebuah bangku panjang yang terletak di dekat dinding. Bapak ini duduk di kursi dan menyandar di dinding karena kecapekan lalu tertidur dengan nyenyak.
Tidak berapa lama kemudian, dia terbangun dan melihat gadis kecil ini duduk di dekat kakinya sedang memperhatikannya, setelah gadis kecil ini melihatnya terbangun dengan malu memalingkan kepalanya. Bapak ini berkata, "Anakku, engkau sudah lama duduk di sini ?" "He..eh". "Apa yang sedang engkau lihat ?" "Tidak ada apa-apa, saya hanya merasa engkau sangat ramah, saya merasa nyaman duduk di dekat bapak." Bapak ini tertawa dengan gembira "Engkau seorang gadis kecil yang baik, setelah saya kembali dari mencari orang, saya akan datang menjenguk engkau lagi."
Beberapa saat kemudian Bapak ini kembali lagi. "Engkau sudah bertemu dengan orang yang engkau cari ?" gadis kecil ini bertanya. "Sudah bertemu, tetapi mereka semua sedang sibuk." "Kenapa bisa begitu ?" "Orang yang pertama akan saya cari adalah seorang pengukir, dia sedang sibuk mengukir sebuah benda, dia menyuruh saya kembali lagi besok, orang yang kedua yang akan saya cari adalah seorang pelukis, saya melihat dia sedang melukis di atas gunung, penduduk desa di lereng gunung berkata dia sedang sibuk tidak ingin diganggu orang lain. Yang lain adalah seorang penyanyi, saya duduk mendengar dia bernyanyi dan ingin berbicara dengannya tetapi dia sibuk bernyanyi terus. Yang seorang lagi tidak ada di tempat, dia sedang sekolah di kota.”
Sekarang gadis kecil ini mengetahui siapa bapak ini. Dengan mata melotot dan menarik nafas dalam-dalam dia berkata, "Engkau tidak kelihatan seperti seorang raja." "Sebisa mungkin saya berusaha tidak serupa dengan raja", jawab raja. "Karena menjadi seorang raja akan kesepian, orang-orang di samping saya tidak menganggap saya sebagai orang biasa, mereka selalu menginginkan mendapat keuntungan dari saya, selalu berkeluh kesah dan menjilat kepada saya." "Tetapi, bukankah ini sifat raja ?" jawab gadis kecil ini. "Tentu saja demikian, tetapi kadang-kadang saya juga ingin dekat dengan rakyat saya, kadang-kadang berbicara dengan mereka, mendengar kebiasaan hidup mereka, bercanda dan menangis dengan mereka, kadang-kadang ingin menjadi bapak mereka."
"Oh, itu yang membuat engkau ingin memungut anak-anak yatim piatu." "Benar, karena orang dewasa biasanya suka menjilat saya, anak kecil tidak demikian, mereka sangat polos dan akan mengobrol dengan saya, mereka tahu saya benar-benar mencintai mereka dan cinta mereka terhadap saya tanpa pamrih." "Tetapi abang-abang saya sangat sibuk, mereka hanya ingin memberi sebuah kejutan untukmu." "Saya tahu, saya akan kembali lagi, mungkin di saat itu mereka tidak begitu sibuk lagi."
Gadis kecil ini berpikir sejenak, "Bagaimana dengan saya bapak?, saya tidak ada sesuatu pun yang bisa saya berikan kepadamu, tetapi saya ingin menjadi anakmu?". Dengan tertawa terbahak-bahak raja menjawab, "Anakku sayang, engkau adalah hadiah terbaik bagiku, engkau telah memberikan hatimu, kebaikanmu, waktumu, juga cintamu, engkau tentu bisa menjadi anakku, saya mencintai sifat aslimu." Kakak-kakaknya yang pintar sibuk dengan keahlian masing-masing, sehingga tidak mempunyai waktu bertemu dengan raja, sedangkan gadis kecil ini yang tidak mempunyai keahlian apa pun, hanya mempunyai sebuah hati yang baik, tulus, ramah dan tidak berusaha mengubah sifat aslinya yang baik malah menjadi anak angkat raja.
0 komentar:
Post a Comment