Saat engkau meneguhkan hati sahabatmu yang berada dalam ketakutan, sebenarnya engkau pun sedang menerima ketakutannya. Saat ketakutannya engkau terima, saat itulah juga, engkau mengganti ketakutannya dengan keberanianmu.
Saat istrimu mengandung anakmu, istrimu memberi makan janin itu lewat tali pusar dalam rahimnya. Selama dalam kandungannya itulah, sebagai suami istri, kalian sebenarnya menerima seorang manusia yang sudah pasrah total untuk diperlakukan apapun juga, mau serius dicintai, dirawat, ataupun tidak. Itulah caranya seorang bayi dalam kandungan ibunya mencintai ibu dan ayahnya, bukan dengan memberi tapi menerima apapun perlakuan orang tuanya.
Saat engkau memberikan uang belanja kepada istrimu, saat itu jugalah engkau sebenarnya menerima kerendahan hati istrimu untuk diberi nafkah hidup.
Saat engkau merawat suami, istri, dan anak-anakmu yang sedang sakit, saat itulah juga engkau belajar menerima keterbatasan kesehatan mereka, sehingga engkau pun belajar kerepotan agar hidup tetap berlangsung.
Saat engkau marah kepada anak-anakmu, saat itu juga engkau menerima telinga anak-anakmu untuk mendengarkan kata-katamu dengan penuh kesabaran, walaupun menyakitkan sekalipun.
Saat engkau marah kepada pasangan hidupmu, dan karena itu dia diam, saat itu jugalah engkau menerima kesediaannya menerima kata-kata kasar, mungkin pedas, dan menyakitkan, sampai pasanganmu tidak sanggup untuk membalasnya.
Saat engkau dendam kepada orang serumah, sampai engkau tidak mau berbicara dengan mereka, saat-saat itulah engkau sebenarnya menerima kegelisahan mereka karena merasa tidak lagi dipercaya.
Saat engkau mengampuni pasangan hidupmu dan anak-anakmu setelah konflik akibat berbagai macam masalah, saat itu jugalah engkau menerima kegembiraan mereka karena masih dipercaya walaupun telah berbuat salah.
Saat engkau percaya pada saudaramu, bahkan menaruh harapan bahwa saudaramu dapat berkembang meski dia itu rapuh, saat itulah sebenarnya engkau menerima kerapuhannya menjadi milikmu, dan engkau memberikan harapanmu sehingga berkobar dalam hatinya.
Saat engkau memberi harapan kepada saudaramu, saat itu jugalah engkau melepaskan kacamata hitammu yang lama dan engkau mengganti dengan "kacamata baru" dari saudaramu. Saat itu jugalah engkau mengawali usaha untuk mengampuninya.
Saat Tuhan mengampunimu, saat itu jugalah engkau menerima kehendak bebas dari-Nya agar engkau merasa sungguh dipercaya untuk menentukan keputusanmu demi kepentingan-Nya, yakni kepentingan untuk mengasihi sesama seperti Ia mengasihi.
Saat engkau diampuni oleh Tuhan, saat itu pulalah dengan tulus, Tuhan menerima akibat dosa kita, agar hati kita ditukar dengan hati-Nya. Karena itu semoga hati kita akan "menjadi hati-Nya"!
Saat Tuhan menjadi "jantung hati"-mu, saat itu jugalah Tuhan menempatkan dirimu pada "Jantung Hati-Nya."
3.9.10
Saat Memberi Saat Menerima
Label:
Affection
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment