Welcome to My Blog.. Whoever are you.. You're so special.. Because everyone is no. 1.. So don't forget to smile today ^__^ Jiayou.. ^^V
RSS

2.9.10

Kesuksesan Si Sulung

Di suatu pagi yang cerah dengan udara yang sejuk di sebuah pedesaan, seorang ibu sedang bercengkerama dengan ketujuh anakya, kegembiraan dan kebahagiaan serta kebersamaan terbangun dalam keluarga itu, selang beberapa saat kemudian sang anak pertama melontarkan kalimat-kalimat bijak kepada ibunya :

Ibu…, aku memang tidak terlalu pintar dibanding teman-temanku di sekolah, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat BODOH untukku..
Ibu…, aku memang tidak terlalu cantik / tampan dibanding anak dari teman-teman ibu, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat JELEK untukku..
Ibu…, aku memang tidak penurut seperti anak-anak yang lain, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat NAKAL untukku..
Ibu…, aku memang sering khilaf melanggar aturan agama karena ketidakberdayaanku, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat DURHAKA untukku..
Ibu…, sampai hari aku belum mampu membalas segala jasamu dan belum mampu membahagiakan sebagaimana keinginanmu, tapi tolong jangan sampai keluarkan kalimat TIDAK TAHU DIRI untukku..
Ibu…, kalau sampai hari ini aku masih sering lupa mendoakanmu karena kesibukanku, tolong jangan hentikan air mata doamu untukku dan jangan pula sepatah kata laknat pun keluar dari bibirmu..

Ibu itu pun kemudian meneteskan air matanya, apa arti air mata ibu ini ?

Alkisah beberapa tahun kemudian, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. ”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?”, tanya si pemuda. “Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore untuk menengok anak saya yang kedua”, jawab ibu itu. ”Wouw… hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya. ”Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adiknya?”. ”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita, ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat bekerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ketujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Semarang.”

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ketujuh. ”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu?”. Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar”, kata sang Ibu.

Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”

Dengan tersenyum ibu itu menjawab, ”Ooo… tidak, tidak begitu nak… Justru saya SANGAT SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani.” Pemuda itu terbengong mendengar jawaban tersebut.

Sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kondisi adik-adik kita hari ini? Bagaimana pula kakak-kakak kita? Lalu bagaimana pula dengan ibu dan ayah kita, apa yang telah kita berikan untuk mereka, adakah setetes air mata doa untuk keselamatan dunia dan akhiratnya? Hari ini? kemarin? atau esok?...

Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Orang bijak berbicara “HAL YANG PALING PENTING DI DUNIA INI BUKAN BERTANYA TERUS SIAPA KITA ? TETAPI APA KARYA YANG SUDAH KITA CIPTAKAN DAN APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA DAN ORANG LAIN?”


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment