Welcome to My Blog.. Whoever are you.. You're so special.. Because everyone is no. 1.. So don't forget to smile today ^__^ Jiayou.. ^^V
RSS

31.8.10

Kisah Tse Tse (Anak Kecil 6 tahun Memungut Barang Bekas Demi Merawat Papanya yang Lumpuh)

Karena ayahnya lumpuh bertahun-tahun, anak yang baru berumur 6 tahun ini terpaksa memikul tanggungjawab rumah tangga. Selain setiap hari mencuci muka ayahnya, memijat, dan memberi makan, dia masih bersama ibunya mengambil botol air mineral bekas sebagai tambahan pendapatan keluarga.

Adegan yang Mengharukan

Begitu sampai di rumah, Tse Tse langsung sibuk menyiapkan seember air, lantas dengan tangannya yang mungil ia memeras selembar handuk yang besar, karena handuk terlalu besar buat dia, Tse Tse membutuhkan 3 sampai 4 menit baru bisa mengeringkannya, kemudian dengan handuk itu dia menyeka wajah ayahnya dengan lap itu. Dia sangat teliti melapnya, sepertinya khawatir kurang bersih. Setelah selesai, Tse Tse kemudian berjingkat melap punggung ayahnya, di belakang, selesai semua, dengan puas dia tersenyum ke ayahnya.

Tse Tse tahun ini berumur 6 tahun, baru kelas 1 SD, tinggal di jalan Baoan, desa Nantong. Papanya Xiong Chun pada 5 tahun lalu tiba-tiba menderita otot menyusut, di bawah leher semua lumpuh, untuk mengobati penyakitnya dia telah menghabiskan semua tabungannya. Sekarang, keluarga yang beranggotakan 3 orang ini hanya mengandalkan ibunya yang bekerja di pabrik, dengan penghasilan kecil itulah mereka bertahan hidup.

Di sekolah Houde, anak yang seumur dengannya dengan ceria bergandeng tangan dengan orang tuanya sambil berjalan, namun Tse Tse malah harus sekuat tenaga mendorong ayahnya pulang. Ketika mau menyeberang jalan, dia akan berhenti sejenak, menoleh kendaraan yang lalu lalang, setelah aman dia baru menyeberang. Setiap ketemu tempat yang tidak rata, Tse Tse harus mengeluarkan tenaga ekstra menaikkan roda depan, menarik kursi roda itu dari belakang, wajahnya yang mungil sampai terlihat kemerahan. Dari sekolah sampai rumah jaraknya sekitar 1.500 meter, harus ditempuh selama 20 menit.


Satu Keluarga 3 orang Menempati Rumah 8 m2

Rumah Tse Tse adalah sebuah rumah dengan kamar kecil seukuran 8 m2, hanya besi seng menutupi atap yang menghalangi cahaya masuk ke kamar, di atap tergantung sebuah lampu energi kecil. Dalam rumah penuh debu, yang paling mencolok adalah penghargaan Tse Tse yang tergantung di dinding. Terhadap sekeluarga yang pendapatan bulanannya hanya sekitar 1.000 RMB (Rp. 1,5 juta) bisa dikatakan, sebuah TV 21" sudah merupakan barang mewah.

Sebuah ranjang atas dan bawah sudah memenuhi seluruh kamar, di atasnya penuh dengan barang pecah belah, hanya tersisa sedikit ruang kecil. Xiong Chun berkata, itu adalah ranjang Tse Tse. Sebuah meja lipat tergantung di dinding, itu adalah meja belajar Tse Tse, juga adalah meja makan keluarga.

Di samping pintu yang luasnya tidak sampai 1 m2, ada "dapur" yang dibuatnya sendiri, di samping kompor masih tersisa sebatang kubis. "Makanan dan minyak di rumah semua diberikan oleh teman mamanya, satu hari tiga kali makan, cuma makan malam yang agak lumayan, di rumah jarang makan daging, namun setiap minggu mereka akan mengeluarkan sedikit biaya untuk mengubah kehidupan anaknya, namun setiap kali makan, Tse Tse akan membiarkan saya makan dulu, baru dia makan", kata Xiong Chun.

Mama Tse Tse bekerja di pabrik, setiap siang hari dia akan menyisakan sedikit waktu pulang ke rumah menanak nasi untuk suaminya, setelah menyuapi dia segera balik ke pabrik bekerja, tanggung jawab merawat suaminya semua dibebankan ke pundak Tse Tse.

Xiong Chun memberitahu wartawan, setiap pagi jam 6.30 begitu jam alarm berbunyi, Tse Tse akan bangun, cuci muka dan sikat gigi, dia juga membantu papanya mencuci muka, selesai itu dia akan memijat tangan dan kaki papanya, kira-kira 10 menit. Pulang sekolah sore, dia akan memijat papanya lagi, malam setelah memandikan papanya, dia akan memijat papanya lagi, baru tidur.

"Agar bisa lebih banyak membantu mamanya, Tse Tse kadang-kadang ikut mamanya memungut barang bekas untuk menambah penghasilan keluarga. Xiong Chun sangat sayang anaknya. Tetangga di sekeliling sangat terharu dan mengatakan, "Tse Tse sangat mengerti. Kita semua merasa bangga ada anak seperti ini."


Boneka 5 Yuan yang Paling Disukainya

Mama membawa dia memungut botol air bekas untuk menambah penghasilan. Suatu ketika, Tse Tse memungut satu mainan mobil plastik bekas di tempat sampah, dia bagaikan mendapat barang pusaka, setiap hari akan main sebentar dengan mobil plastiknya itu. Yang Xianfui berkata, kemarin mama dan anak pergi memungut besi bekas, bisa dijual 20 Yuan.

Tse Tse punya satu boneka kecil yang lucu, itu yang paling disayanginya. Malam hari juga menggendongnya tidur. "Dia melihat boneka itu di toko, beberapa kali dia memintanya, 5 Yuan, saya tidak tega, akhirnya saya nekat membelikannya," kata Xiong Chun.

Untuk mengirit biaya listrik, setiap hari begitu pulang sekolah, Tse Tse akan memindahkan "meja kecilnya" keluar, mengejar siang hari menyelesaikan PR-nya. "Uang sekolahnya setahun sekitar 3.000 sampai 4.000, kami tidak sanggup. Karena tidak ada uang, tahun ini saya juga melepaskan berobat lagi," kata Xiong Chun. Beberapa waktu yang lalu, dia berbicara dengan istrinya agar Tse Tse berhenti sekolah saja, Tse Tse begitu tahu langsung menangis.

Xiong Chun berteriak, "Hidup normal saja bermasalah, masih harus kasih dia sekolah, sungguh susah, bila sudah tidak mungkin, biar dia berhenti saja." Tse Tse yang sedang bermain boneka, begitu mendengar kata papanya, langsung menangis. Xiong Chun menarik Tse Tse ke sisinya, membujuk, "Papa akan usahakan kamu sekolah, biar kamu bisa sekolah!" Setelah dibujuk beberapa kali, Tse Tse baru berhenti menangis, dengan tangan mungilnya dia menyeka air matanya.

"Terhadap Tse Tse, saya sungguh menyesal...," sambil menangis tersedu, Xiong Chun sudah tidak dapat berkata lagi. Xiong Chun berkata, "Saya percaya pasti akan sembuh, Tse Tse adalah harapan saya." 

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kekuatan Magis Sebuah Senyuman

Gereja kristal sangat besar yang berada di California telah dihias total demi merayakan hari Natal, 2400 penonton dengan tenang sedang duduk di bawah. Aku berdiri di atas balkon ruangan dalam gereja, melihat seorang teknisi sedang memasangkan alat pelindung untukku. Sebentar lagi, aku akan digantung di langit-langit menggunakan seutas tali, menjadi seorang bidadari yang terbang untuk mengikuti pertunjukan di “upacara Natal yang meriah” ini.

Sejak dua tahun lalu setelah aku melihat perayaan Natal ini di televisi, aku sudah berkeinginan mengikuti pertunjukan ini. Ini merupakan pertunjukan yang paling meriah yang pernah saya lihat, dan yang paling membuat aku tersentuh adalah bidadari yang terbang kian kemari di atas panggung. Anak perempuan mana yang tidak pernah bermimpi untuk bisa menjadi bidadari di masa kecilnya?

Sekarang aku berdiri di tepi balkon bersiap-siap untuk “terbang”. Pengurus panggung mengikat erat alat pelindung di tubuhku, dan menarik talinya. Aku mendadak menjadi sangat tegang, apakah tali itu cukup untuk menahan berat badanku? Bagaimana andaikan putus? Pengurus panggung sepertinya telah mengetahui kekhawatiranku. “Jangan khawatir, belum pernah ada yang gagal kok”, dengan nada menghibur dia berkata kepadaku.

Aku mengerti sudah tidak ada jalan mundur bagiku, impianku segera akan terwujud. Dua tahun yang lalu ketika mulai mengikuti tes untuk mendapat peran sebagai bidadari, setiap tahun selalu tersingkir pada putaran pertama. Saat seleksi peserta, seorang guru tari akan mengajarkan kepada kami sepotong tarian, lalu mempersilakan kami untuk meniru. Aku tidak mahir dalam menari, ketika ditest nampaknya sangat kaku.

Sebenarnya aku sudah berniat untuk melepaskan keinginanku di tahun ketiga ini. Akan tetapi ada seorang teman memberi tipsnya kepadaku, dia sendiri sudah dua tahun berturut-turut sukses terpilih sebagai bidadari. Diam-diam dia membisikkan rahasianya kepadaku, “Kunci sukses untuk menghadapi tes itu adalah selalu tersenyum, dan harus menatap ke mata panitia penguji. Tidak peduli gerakan tarianmu amburadul, mereka tidak akan memperhatikan gerakan tarianmu!”

Walaupun masih memendam keraguan dalam benakku, tetapi sarannya itu tetap aku laksanakan. Ketika langkah tarianku kurang tepat, aku tersenyum, ketika lenganku kurang lancar untuk dijulurkan, aku tersenyum, ketika aku salah memutarkan badan, aku tetap tersenyum. Meskipun senyuman tidak mengubahku menjadi penari yang handal, namun dia telah membuat proses penyeleksian ini menjadi lebih gembira. Aku sudah tidak khawatir lagi dengan tarianku yang kurang sempurna, bahkan terbenam dalam perasaan menjadi seorang bidadari. Aku sedang membayangkan terbang tinggi di angkasa, merasa bangga atas kecantikan diriku.

“No. 12!”, selesai melakukan babak seleksi ini, pelatih tarian memanggil nomor urutku. “Mohon tinggal untuk mengikuti putaran kedua!” Wow! Aku berhasil lolos! Saat itulah aku baru merasakan capai pada kedua pipiku hampir sama dengan yang terjadi pada kedua kakiku, mungkin inilah modal dari tersenyum.

Melalui latihan yang susah payah selama beberapa minggu, akhirnya aku sekarang bisa berdiri di tepi balkon, di sini adalah titik awal penerbanganku. Saking gembiranya hatiku, hingga membuat kedua kaki merasa kesemutan. Lalu aku mengambil nafas dalam-dalam, berusaha keras mengingat gerakan yang harus dilakukan di udara sesuai dengan permintaan pelatih, ”Harus dimulai dengan gerakan awal tarian ballet, lengan dijulurkan dari belakang punggung, bahu harus sedikit diturunkan, tubuh harus ditegangkan, jika tidak, tidak akan mudah berputar di atas udara!”

Para bidadari yang lain sudah menerima pelatihan tari selama beberapa tahun, tetapi untukku adalah pengecualian. ”Sudah siapkah kalian?” Pengurus panggung bertanya. Diam-diam aku menghibur diri, kamu memiliki teknisi panggung, ada tali dan alat pelindung yang kokoh, kamu sudah pernah mendapatkan pelatihan yang susah payah selama beberapa minggu, kamu juga punya teman yang selalu menyemangati.

“Sudah siap”, kataku memberitahu pengurus panggung. Kemudian aku merasakan ada tenaga tarikan yang ringan pada bagian perut. Aku telah terbang di udara, dalam hati penuh dengan kegembiraan. Aku telah terbang! Makin terbang semakin tinggi, sudah melampaui tingginya balkon. Lalu kujulurkan kedua lengan dan mulai tersenyum. Masih adakah perasaan yang lebih bebas dan lebih aman dari perasaan saat ini?

Pertunjukan berjalan dengan sangat lancar. Ketika aku terbang lewat di atas kepala para penonton, mungkin aku telah berbuat sedikit kesalahan, tetapi siapa yang memperdulikannya? Semua masalah ini aku campakkan ke belakang. Kini, aku adalah seorang bidadari yang tersenyum bahagia.

Tahun berikutnya aku pindah dari California, dan sejak itu  tidak pernah lagi mengikuti pertunjukan ”upacara Natal yang meriah”. Tetapi tidak peduli ke mana pun aku pergi, setiap saat terutama ketika dirundung perasaan takut dan curiga, aku akan selalu tersenyum, karena senyuman itu akan membuatku kembali penuh berkeyakinan. Karena kutahu, senyuman itu memiliki daya magis yang sangat menakjubkan. Dia pernah mewujudkan keinginanku terbang di angkasa bagaikan seorang bidadari. 


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lelucon yang Membuat Kita Tersadar

1. Ada dua orang, bapak dan anaknya melihat sebuah mobil impor yang sangat mewah. Dengan nada yang tidak pantas si anak berkata kepada ayahnya, "Orang yang duduk dalam mobil jenis ini, pastilah orang yang kurang pendidikan."
Ayahnya lalu menjawab secara sepintas, "Orang yang mengucapkan kata-kata semacam ini, dalam sakunya pasti tak punya uang!"
----------------------------------------------
Bagaimana pandangan Anda mengenai masalah ini, apakah juga mencerminkan sikap sebenarnya dalam hati Anda?

2. Setelah makan malam, seorang ibu dan putrinya bersama-sama mencuci mangkuk dan piring, sedangkan ayah dan putranya menonton TV di ruang tamu. Mendadak, dari arah dapur terdengar suara piring yang pecah, kemudian sunyi senyap. Si putra memandang ke arah ayahnya dan berkata, "Pasti ibu yang memecahkan piring itu."
"Bagaimana kamu tahu?" kata si Ayah.
"Karena tak terdengar suara dia memarahi orang lain."
---------------------------------------------- 
Kita semua sudah terbiasa menggunakan standar yang berbeda melihat orang lain dan memandang diri sendiri, sehingga acapkali kita menuntut orang lain dengan serius, tetapi memperlakukan diri sendiri dengan penuh toleran.

3. Ada dua grup pariwisata yang pergi bertamasya ke pulau Yi Do di Jepang. Kondisi jalannya sangat buruk, sepanjang jalan terdapat banyak lubang. Salah satu pemandu berulang-ulang mengatakan keadaan jalannya persis seperti orang yang jerawatan.
Sedangkan pemandu yang satunya lagi berbicara kepada para turisnya dengan nada puitis, "Yang kita lalui sekarang ini adalah jalan protokol ternama di Yi Do yang bernama jalan berdekik yang mempesona."
---------------------------------------------- 
Walaupun keadaannya sama, namun pikiran yang berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda pula. Pikiran adalah suatu hal yang sangat menakjubkan, bagaimana berpikir, keputusan berada di tangan Anda.

4. Murid kelas 3 SD yang sama, mereka memiliki cita-cita yang sama pula yaitu menjadi badut. Guru dari Tiongkok pasti mencela, "Tidak mempunyai cita-cita yang luhur, anak yang tidak bisa dididik!" Sedangkan guru dari Barat akan bilang, "Semoga Anda membawakan keceriaan bagi seluruh dunia!"
----------------------------------------------
Kita sebagai angkatan tua, bukan hanya lebih banyak menuntut daripada memberi semangat, malahan sering membatasi definisi keberhasilan dengan arti yang sempit.

5. Istri sedang memasak di dapur. Suami yang berada di sampingnya mengoceh tak berkesudahan, "Pelan sedikit, hati-hati! Apinya terlalu besar. Ikannya cepat dibalik, minyaknya terlalu banyak!" Istrinya secara spontan menjawab, "Saya mengerti bagaimana cara memasak ikan.”
Suaminya dengan tenang menjawab, "Saya hanya ingin dirimu mengerti bagaimana perasaan saya, saat saya sedang mengemudikan mobil, engkau yang berada di samping mengoceh tak ada hentinya."
----------------------------------------------
Belajar memberi kelonggaran kepada orang lain itu tidak sulit, asalkan Anda mau dengan serius berdiri di sudut dan pandangan orang lain melihat suatu masalah.

6. Sebuah bus yang penuh dengan muatan penumpang sedang melaju dengan cepat menelusuri jalanan yang menurun, ada seseorang yang mengejar bus ini dari belakang. Seorang penumpang mendongakkan kepala keluar jendala bus dan berkata dengan orang yang mengejar bus, "Hai kawan! Sudahlah Anda tak mungkin bisa mengejar!"
"Saya harus mengejar bus ini..." Dengan nafas tersenggal-senggal dia menjawab, "Saya adalah pengemudi dari bus ini!"
----------------------------------------------
Ada sebagian orang harus berusaha keras dengan sangat serius, jika tidak demikian, maka akibatnya akan sangat tragis! Namun juga dikarenakan harus menghadapi dengan sekuat tenaga, maka kemampuan yang masih terpendam dan sifat-sifat khusus yang tidak diketahui oleh orang lain selama ini akan sepenuhnya muncul keluar.

7. Si A : "Tetangga yang baru pindah itu sungguh jahat, kemarin tengah malam dia datang ke rumah saya dan terus menerus menekan bel di rumah saya."
Si B : "Memang sungguh jahat! Adakah Anda segera melapor polisi?"
Si A : "Tidak. Saya menganggap mereka orang gila, yang terus menerus meniup terompet kecil saya."
----------------------------------------------
Semua kejadian pasti ada sebabnya, jika sebelumnya kita bisa melihat kekurangan kita sendiri, maka jawabannya pasti berbeda.

8. Zhang San sedang mengemudikan mobil berjalan di jalan pegunungan, ketika dengan santai menikmati pemandangan yang indah, mendadak dari arah depan datang sebuah truk barang. Si sopir truk membuka jendela dan berteriak dengan keras, "Babi! Babi!" Mendengar suara ini Zhang San menjadi emosi, dia juga membuka jendela memaki, "Kamu sendiri yang babi!" Baru saja selesai memaki, dia telah bertabrakan dengan gerombolan babi yang sedang menyeberangi jalan.
----------------------------------------------
Jangan salah menafsirkan maksud kebaikan dari orang lain, hal tersebut akan menyebabkan kerugian Anda, juga membuat orang lain terhina.

9. Seorang bocah kecil bertanya kepada ayahnya, "Apakah menjadi seorang ayah akan selalu mengetahui lebih banyak daripada anaknya?"
Ayahnya menjawab, "Sudah tentu!"
"Siapa yang menemukan listrik?"
"Edison."
"Kalau begitu mengapa bukan ayah Edison yang menemukan listrik?"
----------------------------------------------
Pakar acapkali adalah kerangka kosong yang tidak teruji, lebih-lebih pada zaman pluralis terbuka sekarang ini.

10. Ketika mandi Toto kurang hati-hati telah menelan sebongkah kecil sabun, ibunya dengan gugup menelepon dokter rumah tangga minta pertolongan. Dokter berkata, "Sekarang ini saya masih ada beberapa pasien, mungkin setengah jam kemudian saya baru bisa datang ke sana."
Ibu Toto bertanya, "Sebelum Anda datang, apa yang harus saya lakukan?" Dokter itu menjawab, "Berikan Toto secangkir air putih untuk diminum, kemudian melompat-lompat sekuat tenaga, maka Anda bisa menyuruh Toto meniupkan gelembung busa dari mulut untuk menghabiskan waktu."
----------------------------------------------
Jika peristiwa sudah terjadi, mengapa tidak dihadapi dengan tenang dan yakin. Daripada khawatir lebih baik berlega, daripada gelisah lebih baik tenang.

11. Sebuah gembok yang sangat kokoh tergantung di atas pintu, sebatang tongkat besi walaupun telah menghabiskan tenaga besar, masih juga tidak bisa membukanya. Kuncinya datang, badan kunci yang kurus itu memasuki lubang kunci, hanya diputar dengan ringan, 'plak' gembok besar itu sudah terbuka.
----------------------------------------------
Hati dari setiap insan, persis seperti pintu besar yang telah terkunci, walaupun Anda menggunakan batang besi yang besar pun tak akan bisa membukanya. Hanya dengan mencurahkan perhatian, Anda baru bisa mengubah diri menjadi sebuah anak kunci yang halus, masuk ke dalam sanubari orang lain.


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengalaman Nono

Saya bernama Nono, umur saya 7 tahun. Karena hari ini adalah hari Minggu, ayah dan ibu mengajak saya pergi bermain di taman umum bersama teman-teman. Hari ini saya belajar dari ibu bagaimana caranya menghadapi teman yang jahat kepada kita.

Biasanya ketika sedang berada di rumah, ayah dan ibu sering membacakan banyak sekali cerita, mereka berkata saya harus menjadi orang yang murah hati, saling menyayangi, dan ketika menemui masalah janganlah selalu menyalahkan orang lain tetapi harus berpikir dulu apakah diri sendiri yang menyebabkan masalah itu terjadi.

Saat sedang asyik bermain bersama teman-teman di taman umum, Adi merampas mainan saya. Saat itu saya tak henti-hentinya terus menangis. Ketika terlihat oleh ibu, dia akan datang menghampiri dan berkata, "Nono apa yang terjadi? Mengapa kamu terus menangis?" Saya memberitahukan ibu bahwa Adi telah merampas mainan saya, mainan balok kayu yang paling saya gemari.

Ibu melihat saya yang tak henti-hentinya menangis, lalu menggunakan suaranya yang lembut itu bertanya kepada saya, "Nono berhentilah menangis. Ceritakan pada Ibu bagaimana wajah Adi ketika merampas mainanmu?" Saya berkata kepada ibu, "Dia menggunakan muka yang sangat garang untuk merampas mainan saya."

Kemudian Ibu bertanya lagi, "Lalu apakah Nono tidak merasakan bahwa Adi itu sebenarnya sangat kasihan? Coba lihat, dia harus mengubah dirinya menjadi sangat garang hanya untuk merampas mainan orang lain, bukankah sangat kasihan?"

Ibu lalu menarik tangan saya dan berkata, "Baiklah kita bersama-sama memaafkannya, karena Adi tidak tahu, bahwa orang yang mengubah wajahnya menjadi sangat garang adalah orang yang patut dikasihani. Dalam berbicara dengan orang lain harus dilakukan dengan tenang dan tanpa emosi." Demikian ibu mengajarkan.

Saya bertanya kepada ibu, "Apakah sama seperti ketika ibu berbicara dengan Nono?" Ibu terus tertawa sambil memandangi saya. Setelah itu, saya menghapus air mata saya, kemudian perlahan-lahan berjalan menghampiri Adi, saya lalu berkata kepada dia, "Adi, saya tidak menyalahkan kamu karena telah merampas mainan saya. Karena ibu telah memberitahukan saya, orang yang mengubah wajahnya menjadi sangat garang, adalah orang yang patut dikasihani. Mainan itu milikku, saya berikan kepadamu untuk main, sebaiknya kamu lain kali jangan mengubah wajahmu menjadi garang."

Wajah Adi nampak terperangah, tidak menakutkan lagi. Melihat mimiknya yang seperti itu, saya pun tertawa gembira. Adi mengatakan bahwa dia ingin bermain balok kayu bersama-sama. Dengan sangat gembira saya menoleh ke  arah ibu. Ibu masih tetap duduk di sana, terus tersenyum. Ibu sangat gembira melihat saya telah memaafkan Adi.

Ternyata berbicara dengan orang lain memang benar harus tenang dan tanpa emosi. Jika semua orang begitu, wajah setiap orang akan berubah menjadi sangat cantik dan tampan. Dengan demikian di antara sesama manusia kelak tidak akan ada pertengkaran lagi.


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ini adalah Kesalahan Mama

Hari ini secara tidak sengaja, saya telah membuka tulisan dalam buku harian yang belum terselesaikan pada satu bulan yang lalu. Menemukan suatu kejadian kecil saat itu yang masih sangat menarik, dan juga masalah tersebut memiliki banyak perkembangan di kemudian hari, maka dari itu saya lanjutkan untuk menyelesaikan tulisan itu.

Sore hari, ketika saya sedang menulis artikel, tiba-tiba terdengar suara "Braak!". Saya memalingkan kepala, melihat anak bungsu saya yang masih balita sedang duduk di atas permadani, sekujur tubuhnya penuh dengan butiran nasi yang telah dia tumpahkan dari piring. Tangannya sedang memegang buah pir. Saya segera mengerti, ketika dia menginjak kursi mengambil buah pir yang terletak di piring buah di atas meja. Ketika akan menuruni kursi, tangan kecil di atas meja yang digunakan untuk menopang tubuhnya turun dari kursi kurang sempurna sehingga menumpahkan setengah piring nasi yang baru saja saya letakkan di atas meja.

Badannya juga terjatuh ke bawah, pantatnya membentur lantai dan terduduk di sana. Reaksi pertama saya adalah harus tenang. Anak saya nampaknya tidak apa-apa, hanya saja tampangnya seperti orang yang baru saja mendapat musibah. Saya bergegas memegang tangan kecilnya dan memapahnya untuk berdiri.

Kemudian butiran nasi berserakan di atas lantai, ketika saya memungut nasi dan gumpalan nasi yang masih bersih saya taruh kembali ke dalam piring, saya mendapatkan bahwa bukan hanya saya tidak marah, bahkan masih bisa menyadari bahwa ini adalah kesalahan saya, karena setelah selesai makan, saya tidak segera membereskan meja.

Dulu, jika anak menumpahkan sesuatu, secara naluri menganggap sepertinya kesalahan itu pada anak. Selalu akan memarahi anak itu walau satu atau dua patah kata. Kemudian hari saya merasakan bahwa cara ini sangat tidak baik, lalu saya coba untuk mengubahnya. Berangsur-angsur berubah lebih baik, tapi perubahan itu selalu kurang sempurna.

Sekali ini, akhirnya saya bisa menahan perangai, dan menemukan bahwa kesalahan itu berada pada diri sendiri. Kemudian saya berkata pada anak saya, "Ini adalah kesalahan Mama." Serasa anak saya menjadi agak lega, ia lalu bertanya, "Oh! Mengapa?" "Karena setelah makan, Mama tidak segera membereskan piringnya! Lain kali adik juga harus lebih hati-hati ya," dengan tulus saya berkata kepadanya. "Baiklah!" Anak saya menganggukkan kepala.

Saat itu, saya merasakan semacam suasana yang sangat damai bertebaran di udara. Sekali lagi merasakan melewati kultivasi diri secara terus-menerus, berangsur-angsur telah mengubah konsep yang kurang baik, akhirnya bisa melakukan kebaikan yang keluar dari dalam lubuk hati. Bermurah hati terhadap orang lain adalah semacam perasaan yang sangat baik, bersamaan dengan itu juga bisa merasakan sedikit penyesalan terhadap hal-hal yang dulu pelaksanaannya kurang baik.

Sekali lagi bersyukur kepada diri sendiri telah mendapatkan jodoh untuk mendapatkan prinsip yang asli, dan berkultivasi di bawah belas kasih Guru yang tanpa batas. Berangsur-angsur menyadari akan bagian-bagian diri yang kurang baik, setelah itu dikultivasikan. Bersamaan dengan hilangnya bagian-bagian yang kurang baik itu, kita akan merasakan perasaan bahagia, beruntung, mantap serta kedamaian di taraf setelah kita mencapai peningkatan.

Kemudian pada suatu hari, ketika anak saya sedang makan, telah menumpahkan setengah mangkok kuah, tanpa keraguan sedikit pun saya segera berkata, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa, apakah adik terkena kuahnya?" Lalu saya ambilkan lap untuk membersihkan kuah yang tertumpah, terakhir dengan penuh perhatian saya berkata, "Lain kali harus lebih berhati-hati." Saat itu saya merasakan seluruh keluarga sangat harmonis. Sejak saat itu pula, anak saya jarang sekali menumpahkan sesuatu lagi, mungkin dia terkadang juga kurang hati-hati menumpahkan sesuatu, tapi sudah tidak dapat menyentuh hati saya, mungkin karena demikian sehingga saya tidak teringat.

Suatu hari suami saya akan menggunting kuku, dia menjadi agak marah karena tidak menemukan gunting kuku itu, dan dia juga tahu adalah saya yang meletakkannya di sembarang tempat, dia memberitahukan saya bahwa dia akan mengajak anak pergi bermain, setelah pulang ke rumah nanti gunting kuku itu harus sudah ditemukan. Suasana rumah segera menjadi tegang. Saat itu anak saya berkata kepada bapaknya, "Jika nanti kita pulang dari bermain, dan Mama masih belum menemukan, Papa harus berkata tidak apa-apa."

Anak saya telah belajar bermurah hati! Bermurah hati adalah semacam tindakan yang sangat mulia, dia bisa melumerkan banyak sekali perasaan hati yang sempit dan terbatas, dia bisa mempengaruhi orang, karenanya semua akan tidak bermasalah. Tak kuasa menahan keluhan dalam hati, hasil yang saya peroleh bukankah hanya terletak pada kultivasi diri? Bersamaan dengan itu telah mempengaruhi dan mengubah anak menjadi baik, tepat seperti apa yang dikatakan oleh Guru bahwa "Cahaya Sang Sadar menerangi seluruh penjuru, menegakkan kebe-naran memberi penerangan" dan "memperoleh tanpa mengharapkan".

Setelah melewati masa pengenalan dan penempaan yang terus menerus, setelah proses yang berulang-ulang, akhirnya saya juga bisa berangsur-angsur mengubah kebiasaan saya yang sering meletakkan barang di sembarang tempat. Meskipun hanya memiliki dua anak saja, tetapi taraf kebersihan dan kerapian dalam rumah yang saya pertahankan cukup membuat orang lain merasakan bahwa saya adalah seorang ibu rumah tangga yang terampil. Kesemuanya ini adalah hasil dari kultivasi. Semuanya ini sangatlah bagus. Kehidupan yang bisa mendapatkan jodoh untuk berkultivasi adalah sangat berbahagia. 


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hidup dalam Hati Orang Lain

Madame Blavatsky (Helena Blavatsky, 1831-1891) adalah pendiri lembaga Theosophy di Rusia, dia selalu menjinjing dua buah kantung, tidak peduli sedang berjalan di pagi hari atau sedang bepergian dengan kendaraan, kedua kantung itu selalu dia bawa serta, dan isi di dalam kantung itu selalu dibuang keluar.

Masyarakat pernah bertanya kepada dia, "Apa isi kantung itu?" Dia menjawab, "Kantung itu berisi biji-biji bunga." "Lalu mengapa Anda selalu membuang biji-biji itu keluar?" "Hal tersebut telah menjadi kebiasaan saya," sambil tertawa dia menjawab lagi. "Saya senang bertamasya pergi ke mana-mana, sambil jalan saya sebarkan biji-biji ini ke semua tempat. Mungkin saya tidak akan datang ke tempat itu lagi, tapi tidak menjadi masalah, ketika musimnya tiba, bunga-bunga itu akan mekar secara alami, kepada ribuan bahkan puluhan ribu orang yang lewat di sini, mereka dapat melihat beraneka bunga mekar dalam berbagai warna yang indah."

"Walaupun mereka tidak akan mengetahui siapa saya, namun hal tersebut tidak menjadi masalah. Ada satu hal yang bisa saya pastikan adalah, saya sedang membawakan keindahan bagi dunia ini, hal tersebut bisa dipastikan. Ada sebagian anak-anak mungkin bisa memetik beberapa bunga untuk dibawa pulang ke rumah, ada sebagian orang yang sedang berpacaran akan memakai bunga-bunga itu untuk membuat kalung bunga. Dalam peristiwa yang tidak mereka ketahui ini, saya telah menjadi bagian dari cinta di antara mereka berdua, saya juga akan menjadi bagian dari kegembiraan anak-anak, kepada mereka yang hanya numpang lewat di jalan ini, yang hanya menikmati keindahan bunga, saya juga menjadi bagian dari mereka."

Benar sekali apa yang dia katakan. Memiliki yang sesungguhnya itu bukan untuk dikuasai diri sendiri, melainkan agar orang lain juga bisa ikut menikmatinya, orang yang benar-benar kaya, bukan untuk diri sendiri, melainkan bisa dikagumi dan dihormati oleh generasi penerus.

Saya pernah mendengarkan satu kisah sebagai berikut :
Ada seorang kakek tua menanam bibit pohon di halaman rumahnya, seorang pejalan kaki yang lewat di sana bertanya, "Pohon ini akan berbuah dalam berapa tahun?" Kakek tua itu menjawab, "Mungkin memerlukan 100 tahun!"

Pejalan kaki tersebut melanjutkan pertanyaan, "Mungkinkah Anda akan hidup seratus tahun lagi? Ketika pohon-pohon ini berbuah, mungkin Anda sudah tidak ada, saya ingin tahu mengapa Anda lakukan hal tersebut?"

Kakek tua itu memandang pejalan kaki tersebut, lalu dengan tertawa dia berkata, "Jika semua nenek moyangku juga berpikiran seperti Anda, sekarang ini saya tidak bisa menikmati buah hasil jerih payah mereka. Buah-buahan yang bisa tumbuh bergerombol di kebun buah ini, juga karena ayah dan para nenek moyang saya yang menanamkan pohon-pohon ini sebelum saya dilahirkan. Begitu pula saya menanam pohon-pohon ini juga berharap bisa memberi berkah kepada generasi penerus, saya mengerjakan hal tersebut dengan perasaan hati bersyukur melakukan apa yang bisa saya lakukan. Bisa hidup di dalam hati orang lain, keberadaan Anda akan berubah jadi besar, walaupun Anda sudah tidak berada dalam dunia ini, kehidupan Anda juga bisa berlangsung terus."

Orang yang menebarkan keharuman bunga kepada orang lain, dia sendiri juga akan mendapatkan sebersit keharuman bunga itu, orang yang membawakan sinar mentari kepada orang lain, dirinya juga tidak akan dikesampingkan. 


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Anak Berbakti

Menarik kereta, makan dengan jungkir balik, semuanya yang dikerjakan orang lain dengan berdiri, dapat dikerjakan dengan jungkir balik oleh Liu Tianquan dari Pu Yang, Tiongkok.

Kemampuannya yang hebat ini adalah untuk menghibur ibunya yang mengalami gangguan kejiwaan. Dia mulai berlatih jungkir balik sejak usia 5 tahun, sampai sekarang sudah 31 tahun. Kini ingin memanfaatkan kemampuan khususnya ini untuk mencari pekerjaan guna menghidupi keluarganya.

Menurut laporan Orient Today, pada 26 Januari siang hari, Liu Tianquan yang baru pulang bekerja dari Zhen Zhou ke kampung halamannya, dengan tergesa-gesa berangkat ke rumah kakak sulungnya yang berjarak kira-kira 300 meter. Setelah selesai mempertunjukkan makan mantou dan mengenakan sweater sambil jungkir balik, tak tertahan lagi sang ibu mulai tertawa. "Kamu kok memperagakan lagi jungkir balik! Sejak kecil kamu sangat lincah, kalau kamu yang memperagakan aku tidak khawatir, tempo hari kakak sulungmu juga mau ikut-ikutan, apapun yang dikata, aku tidak mengizinkannya, kalau lehernya patah bagaimana?"

Zhao Caiqin, sang ibu yang berusia 72 tahun, gangguan jiwanya baru kambuh, wajahnya tanpa perasaan, tidak mau makan, menggumam tiada hentinya, dengan cepat telah pulih menjadi normal, pembicaraannya juga sudah normal.

Ayahnya mengatakan, "Anak saya yang ke-4 (Liu Tianquan), sangat berbakti. Dalam cuaca yang sangat dingin seperti ini, masih datang mencuci pakaian sang ibu. Beberapa waktu yang lalu di rumah kekurangan air, dia membawakan air dari rumahnya."

Mempertunjukkan Jungkir Balik untuk Membuat Ibu Tertawa

Liu Tianquan yang berusia 36 tahun menceritakan kenangannya, pada usia 5 tahun. Sang ibu yang berperasaan halus menjadi sakit karena depresi, jiwanya terganggu, sering marah-marah, membanting-banting mangkuk dan panci. Pada saat sangat parah, dia bahkan dapat membacokkan pisau masak sekenanya. Saat melihat ibunda yang biasanya penuh kasih menjadi seperti ini dia sangat bersedih.

Pada suatu kali ketika ibunya kambuh lagi, secara kebetulan melihat dia sedang berdiri jungkir balik, tiba-tiba menjadi geli dan tertawa dengan sangat gembira. Setelah itu setiap kali melihat dia jungkir balik sang ibu menjadi sangat bersuka cita sampai-sampai berjoget.

Melihat ibunda bergembira, Liu Tianquan juga sangat girang, sehingga berlatih dengan lebih te-kun. Melihat sang ibu makan mantou, dia akan makan dengan berdiri jungkir balik, dia pernah tersedak sampai sulit bernafas. Melihat sang ibu merajut baju wol, dia sambil jungkir balik akan membantu menggulung benang wol. Pada saat berusia 8 tahun dia sudah dapat mengenakan pakaian sambil jungkir balik, pada usia 15 tahun dapat mengangkat timba air sambil jungkir balik.

Selama 31 tahun berlatih jungkir balik, Liu Tianquan selalu mengusahakan agar sang ibu bergembira dengan berbagai cara, sehingga gangguan jiwa sang ibu sangat berkurang. Ketika kondisi jiwa sang ibu normal, beliau tidak membiarkan Liu Tianquan jungkir balik, dia sangat menyayangi putranya itu, "Nak, kamu jangan berdiri jungkir balik lagi, kalau lehermu patah bagaimana? Kamu makan sambil berjungkir balik kalau tersedak bagaimana?"

Dalam Penderitaan Terkandung Kegembiraan

Tahun baru, Liu Tianquan yang tidak punya uang membeli kado untuk anak-anak, akan mempertunjukkan menarik kereta sambil jungkir balik. Di rumah, anak-anak menaiki kereta dorong dari kayu, Liu Tianquan akan mengikat pendorong kereta dengan tali. Kemudian dia jungkir balik di atas kursi di samping dinding. Sepasang tangannya akan menarik tali yang diikatkan pada kereta maka kereta dengan stabil bergerak maju. Tetangga yang datang melihat keramaian bertanya kepada Liu Tianquan, "Apakah Anda merasa tidak nyaman? Apakah terdapat perbedaan dengan menarik kereta secara normal?"

Liu Tianquan sambil tertawa menjawab, "Sangat santai, sama sekali tidak ada perbedaan." Kemudian dia mempertunjukkan makan sambil berjungkir balik dan lain-lain. Anak-anak sangat bergembira sampai berjingkrak-jingkrak.

Mengandalkan Keahlian Khusus Mencari Nafkah di Zheng Zhou

Liu Tianquan pernah belajar menata rambut, ilmu pijat urut, namun tidak ada yang membuatnya lebih bersukacita ataupun merasa "tiada duanya" daripada berlatih jungkir balik. Pada musim senggang bercocok tanam, dia ingin mencari kerja dengan kemampuan khususnya untuk menghidupi keluarga.

Liu Tianquan kadangkala ikut dalam pertunjukan akrobat, setiap bulannya menghasilkan beberapa ratus yuan. Dia dianggap terlalu jujur oleh seorang temannya. "Sudah disepakati dalam satu kali pertunjukan dilakukan dua jenis atraksi berdiri jungkir balik, namun tepuk tangan penonton ataupun pujian panitia kadang-kadang membuat Liu Tianquan mempertunjukkan beberapa atraksi ekstra."

Kemampuannya ini tidak mendatangkan penghasilan lebih banyak bagi Liu Tianquan, dia senang menghibur orang-orang sekelilingnya dengan jungkir balik. Katanya, "Aspirasi saya yang terbesar adalah menghidupi diri sendiri dengan jungkir balik, orang lain gembira, saya pun gembira."

Karakter Moral Anak Berbakti Budaya Tionghoa

Setelah kisah Liu Tianquan muncul dalam media, membuat banyak orang Tionghoa merasa terharu. Sungguh sulit ditemukan pada zaman masyarakat materialis seperti sekarang ini. Ada teman-teman dunia maya (internet) mengatakan, "Pada zaman dahulu ada seorang bernama Lao Laizi. Meskipun sudah berusia di atas 70 tahun, masih sering berupaya menyenangkan ibunda yang sudah berusia 90 tahun lebih, dengan mengenakan pakaian warna-warni berdandan menyerupai masa kecilnya, bercanda di depan ibunda agar sang ibu tertawa."

"Lao Laizi Menghibur Ibunda" merupakan sebuah cerita yang sangat terkenal pada zaman dahulu, merupakan salah satu dari "Dua Puluh Empat Cara Berbakti", beberapa puluh tahun terakhir ini sudah tidak ada orang yang mengungkitnya lagi. Tak terduga hari ini masih hidup seorang Lao Laizi. Sungguh merupakan sebuah keajaiban.


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Semangkuk Nasi Putih

Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk ke dalam restoran tersebut.

"Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih." Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan. Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.

Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan, "Dapatkah menyiram sedikit kuah sayur di atas nasi saya." Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum, "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar!"

Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir, "Kuah sayur gratis." Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih. "Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya." Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini. "Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya!"

Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin di luar kota, demi menuntut ilmu datang ke kota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti. Berpikir sampai di situ pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan di bawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.

Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi? Suaminya kemudian membisik kepadanya, "Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di nasinya, dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung, lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ke tempat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah."

"Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya." "Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku?" Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.

"Terima kasih, saya sudah selesai makan," pemuda ini pamit kepada mereka. Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikkan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.

"Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat!", katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi.

Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah ke rumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari. Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.

Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik. Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek, kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafit.

"Apa kabar? Saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya, kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian ke sana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan."

"Siapakah direktur di perusahaan kamu? Mengapa begitu baik terhadap kami? Saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia!", sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.

"Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami, direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya."

Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya. Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.

Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka, "Bersemangat ya! Di kemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok!"

Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan.


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS